Jumat, 04 Mei 2012

Mathematical Love Story


Ini kelas yang menyebalkan. Akhir semester ini aku sangat tersiksa dengan guru yang satu ini. Kelas jadi lebih membosankan dan menakutkan. Aku ingin kelas Matematika ini cepat berakhir. Aku membencinya, ia membuat pelajaran yang susah ini jadi semakin susah ku mengerti. Sialan!. Kenapa harus orang seperti ini yang mengajar untuk kelas Matematika saat mendekati UAN. KENAPA?!!!

“ Karin ! “ Hana teman sebangkuku menyenggol lenganku berkali-kali.

“ Apa? “

“ Jangan melamun, dari tadi Pak Rey terus melihat kearah mu. “

Hana duduk dengan gelisah, ia takut disuruh maju untuk menjawab pertanyaan matematika yang rumit oleh Pak Rey. Aku justru tidak perduli dengan mata elangnya yang dingin itu. Mata dinginnya itu tidak bisa ditutupi meski ia mengenakan kaca mata. Ia Salah satu guru muda di SMA Negeri 912 Jakarta ini. Ia berperawakan tinggi dan memiliki bahu yang lebar. Meski galak saat mengajar, ternyata tetap banyak sekali siswi –siswi yang mengaguminya.

Sret! Pak Rey kembali menatap kearahku. Matanya menatap lurus langsung ke mataku. Ini seperti anak panah yang melesat langsung dari busurnya dan mengenai sasaran dengan tepat. Ia berjalan mendekatiku dengan tatapan sedingin es, semakin dekat langkah kakinya semakin kencang debaran jantungku. Mau apa dia? Jangan-jangan mau memarahi ku? Lalu, ketika ia tepat berdiri di depan mejaku tangannya terangkat dan dengan keras menggebrak meja.

BRAK! 

Hana, menunduk ketakutan, aku terkejut sekali. Jantungku terasa mau copot. Ternyata yang ia tembakan bukan panah. Melainkan meriam besar yang meledak di jantungku.

“ Jika kamu tidak berniat untuk belajar lebih baik kamu KELUAR dari kelas ini! “ bentaknya.

Wah, efek meriam ini lebih keras dari yang ku bayangkan. Jantungku berdetak keras sangat takut, mata elangnya itu sangat menusuk. Jika diibaratkan, ia seperti manusia salju yang membuat seluruh tubuhku menjadi beku. Ya tuhan, melihatnya dari dekat seperti ini  semakin menyeramkan. Suaranya sangat keras dan mengetarkan. Seperti monster salju –Yeti.

“ Ti-tidak Pak, sa-saya akan men-mendengar-kan pelajaran de-dengan serius.. “ ucapku terbata-bata.

Pak Rey kembali mengajar dengan serius, dan selama sisa jam pelajaran aku juga berusaha berkonsentrasi. Kenapa justru dia yang harus di jadikan guru pengganti matematika Bu Rini. Padahalkan ini tahun terakhirku di SMA, aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi dengan guru galak. Aku benci guru yang galak dan dingin. Membuat ku susah memahami pejaran.

TIDAAAAKKKK!!!! Matematika adalah pelajaran penting untuk UAN, aku tidak bisa diam saja. Aku harus mencari guru privat yang terbaik untuk pelajaran ini.

Pak Rey kembali memelototiku saat mengetahui aku kembali memikirkan hal lain di tengah pelajaran. Perasaanku kesal sekali, seandainya aku boleh memilih sendiri guru kesukaanku aku ingin menyingkirkannya dari sekolah ini. Tapi rasanya percuma juga pikiranku ini, bagaimanapun juga sekolah ini milik keluarganya....
~ ~ ~  ### ~ ~ ~

“ Kakak, ayo dong ajari aku matematika. Kakak kan mahasiswa jurusan pendidikan masa tidak bisa sih? “ rengekku pada kakak perempuan ku Sarah.

Ia sedang mengerjakan tugas di kamarnya. Dengan serius ia terus mengetik di depan laptop tanpa sedikitpun memperdulikanku. Menyebalkan, kakak yang tidak berperi kemanusiaan. Sudah hampir sejam aku merengek padanya. Bahkan aku sudah membelikan cemilan kesukaannya. Tapi ia tetap tidak mau mengajariku. Buat apa ia kuliah bagus-bagus kalau tidak bisa mengajari adiknya.

“ kakak pelit! “ kataku sambil mencubit lengannya.

“ Aduh, bodoh! “ ia memukul bahuku sebagai balasannya.

Tangannya kemudian mencubit pipiku sambil berkata, “ aku mahasiswi jurusan Pendidikan B. Inggris, jadi tidak bisa mengajarimu. Kamu kan tahu nilai Matematika ku waktu SMA paspasan. “

“ IIIHHHH, lepaskan! “ segera kutarik tangannya menjauhi pipiku.

Setelah kupikir-pikir kata-katanya ada benarnya juga sih. Nilai matematika kakak jelek jika aku minta diajari kakak, nanti nilai ku juga ikut jelek.

“ Kamu ikut bimbel saja, di mana-manakan banyak tempat bimbingan. “ usulnya.

Ikut bimbingan belajar? Tidak mau, aku hanya mau satu guru untuk melayani ku belajar saja. Di tempat bimbel umum seperti itukan tidak bisa belajar secara khusus. Tetap ramai-ramai seperti belajar di kelas.

“ Tidak mau! Aku mau guru privat yang hanya khusus mengajariku. “

“ Ah! “ teriak kak Sarah hingga mebuatku terkejut.

“ Apa! Membuat kaget saja!? “

Mata Kak Sarah berbinar-binar dan wajahnya berser-seri hingga terasa bintang-bintang sedang mengelilinginya. Aku tahu, ia baru dapat ide cemerlang. Expressinya benar-benar menyebalkan.

“ Aku punya teman di klub pecinta alamku. Ia dari Jurusan Pendidikan Matematika. Kamu bisa diajari olehnya. “

“ Benarkah? “ tanyaku dengan wajah berbinar-binar.

Kak Sarah balik memandangiku dengan heran, “ Wajahmu sangat menyebalkan, seperti kucing yang baru dapat ikan saja. “ ledeknya,  “ tapi, ada bayarannya ya jika ingin ku bantu. “

Deg~

Sudah kuduga, ini tidak gratis! “ Apa? “

“ Bereskan kamarku setiap hari selama kamu belajar sama temanku ini. OK! “

Membereskan kamar?! Ini pasti jebakannya!!!!!! Ia menyebalkan!!!! Seandainya ia bukan kakakku, pasti saat ini ia sudah kucincang habis-habisan.

TIDAK!!!

Aku harus sabar, ini demi nilai Matematikaku yang terus merosot. Aku harus bersabar.

“ Baiklah, kuterima syarat itu. “ akhirnya aku menyetujuinya.
~ ~ ~ ### ~ ~ ~

“ Dengar, perhatikan rumus di papan tulis ini. tanda ini maksudnya adalah integral, Bla, bla, bla, “

Laki-laki itu terus mengoceh di depan kelas. Suaranya seperti angin lalu di telingaku. Caranya berbicara sangat berapi-api, apa dia mau membakar seluruh kelas menjadi abu ? terutama aku. Kenapa ia bersikap seperti itu sih saat mengajar? Mana ada murid yang suka padanya? Memangnya ada yang akan mengerti pelajarannya?

Rasanya pikiranku tak pernah bisa berhenti memikirkan guru dingin itu. Kenapa yang aku pikirkan tentangnya sangat berbeda dengan apa yang teman-temanku pikirkan? Hana bilang meski ia galak saat mengajar, tapi ia sangat baik di luar kelas. Ia tersenyum dan menyapa semua murid dengan baik. Selain itu penelasannya sangat mendetail dan mudah di pahami. Bagiku, ia tetap galak, dan aku benci guru yang galak. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum ataupun baik terhadapku juga terhadap orang lain. Aku tidak pernah menyukainya, jadi aku tidak mau tahu!

“ Karin! Kamu dapat 4! “ ucapannya menggelegar di telingaku yang seketika itu juga membuyarkan pikiranku.

Ternyata ia telah selesai menjelaskan pelajaran dan sekarang sedang membagikan hasil ulangan harian kemarin. Tunggu dulu, aku harus mengecek telingaku sekali lagi. aku dapat 4? Tidak mungkin!!! Aku dapat nilai 4??? Kupandang Hana dengan erat. Kuharap ia akan mengatakan bahwa aku salah dengar. Tapi Pak Rey kembali menyerang kesadaranku dengan kata-kata kerasnya.

“ Maju kedepan Karin dan ambil hasil ujianmu, kamu dapat nilai 4! “

Kakiku gemetar, aku tidak bisa bergerak. Rasanya aku perlu oli untuk mengendurkan otot kakiku. Benar-benar langit telah runtuh menimpaku, semakin hari nilaiku semakin jelek. Kuambil hasil ujianku dengan tangan gemetar dan kepala tertunduk.

“ Saya dapat empat? “

“ Itu adalah hasil yang paling pas untuk kamu jika kamu hanya melamun di kelasku. “ katanya sinis.

Kata-katanya benar-benar ketus. Menyebalkan!

Ternyata Pak Rey mengumumkan semua nilai murid-murid sekelas di mulai dari yang paling kecil. Sudah jelas karena aku yang di panggil pertama kali berarti nilaiku yang paling kecil. AAAGGGGHHHHHH ~ ini semakin buruk saja.

Tenang!

Benar aku harus tenang, hari ini adalah hari pertama aku mulai belajar privat. Pasti teman kakak adalah orang yang menyenangkan dan tidak galak. Aku yakin. Aku harus semangat!!!.

Seusai jam sekolah dengan semangat empat lima aku segera pulang. Sesampainya di rumah aku segera mandi dan berganti pakaian. Sore ini guru privat matematika ku akan datang. Sebaiknya kusiapkan buku-buku yang kuperlukan.

“ Kumpulan rumus-rumus Matematika, Kumpulan soal-soal matematika, Buku paket Matematika, Buku Catatan ~ “

 “ Karin!!!! “ suara Kak Sarah memanggilku dari balik pintu. “ Gurunya sudah datang nih, “

Bagus!! Akhirnya aku bisa belajar.

Dengan setumpuk buku ditanganku, aku melangkah keluar kamar dengan semangat menuju ruang tamu. Ayah dan Ibu sudah mengijinkan aku untuk belajar privat dan akan membayarkan biaya perbulannya. Aku jadi semakin senang saja.

“ Kakak, “ aku menyapa kakak dengan penuh semangat, kemudian ku alihkan pandanganku kearah guruku.

Mustahil..... Tanganku lemas melihat siapa yang ada di samping kakak.

Brak!!! Buku-buku yang kubawa jatuh semua. Aku tidak percaya...Apa mataku tidak beres? Apa ini halusinasi?.

Ini kah arti dari peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga, Kenapa harus dia?

“ Ah Karin,ini dia gurumu. “ ucap kakak dengan berseri-seri. “ Perkenalkan, dia Reyhan Mahasiswa jurusan matematika tingkat empat. 

Tapi, rasanya kamu sudah kenal diakan? Katanya dia guru pengganti Matemarika di sekolahmu selama kakaknya cuti Hamil. Pak Rey. “
Aku rasa saat ini bukan hanya tangga yang menimpaku. Tapi juga langit yang runtuh.!!!!!!

TIDAAKKKKKKK!!!!!!!
( bersambung )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar